A.
IDENTITAS BUKU
1. Judul Buku :
Filsafat Pendidikan Islam
2. Penulis :
Dra. Zuhairini, Dkk
3. Penerbit :
Bumi Aksara
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit :
2008
6. ISBN :
979-526-084-7
7. Tebal Buku :
203 Lembar
8. Jumlah Bab :
IV
B. DAFTAR ISI
BAB |
ISI BUKU |
Bab I |
Arti filsafat
dan perkembangannya ,analisa filsafat dan teori pendidikan,aliran-aliran
dalam filsafat pendidikan. |
Bab II |
Hakikat dan
pengertian islam, hakikat manusia, manusia dan alam, konsep islam tentang
kehidupan manusia. |
Filsafat islam dan pendidikan, metode
dan peranan filsafat pendidikan islam, perkembangan dan pemikiran-pemikiran
baru dalam pendidikan islam. |
|
Bab IV |
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
BUKU
Kelebihan |
Buku ini
menggunakan kosa kata dan tata bahasa yang cukup mudah untuk di
pahami,sehingga sangat cocok di baca oleh pembaca awam. Karna terkadang ada
beberapa buku filsafat yang sulit di pahami si pembaca. |
Kekurangan |
Ada beberapa
pembahahasan yang sudah ada di bab sebelumnya di ulang di bab berikutnya,
sehingga terkesan membosankan bagi si pembaca sendiri. |
BAB I
FILSAFAT DAN PERKEMBANGANNYA
A.
Arti Filsafat dan Perkembangannya
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos (suka, cinta)
dan shopia (kebijaksanaan). Dengan demikian filsafat itu berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Sedangkan filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran yang
teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
B.
Analis Filsafat
Aliran filsafat yang muncul dari kelompok filsuf yang menyebut
dirinya lingkaran Wina. Filsafat analitik lingkaran Wina itu berkembang dari
Jerman hingga ke luar, yaitu Polandia dan Inggris. Pandangan utamanya adalah
penolakan terhadap metafisika. Bagi mereka, metafisika tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi filsafat analitik memang mirip dengan
filsafat sains.
Di Inggris misalnya, gerakan filsafat analitik ini sangat
dominan dalam bidang bahasa. Kemunculannya merupakan reaksi keras terhadap
pengikut Hegel yang mengusung idealisme total. Dari pemikirannya, filsafat
analitik merupakan pengaruh dari rasionalisme Prancis, empirisisme Inggris dan
kritisisme Kant. Selain itu berkat empirisme John Locke pada abad 17 mengenai
empirisisme, yang merupakan penyatuan antara empirisisme Francis Bacon, Thomas
Hobbes dan rasionalisme Rene Descartes. Teori Locke adalah bahwa rasio selalu
dipengaruhi atau didahului oleh pengalaman. Setelah membentuk ilmu pengetahuan,
maka akal budi menjadi pasif. Pengaruh ini kemudian merambat ke dunia filsafat
Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Jerman dan wilayah Eropa lainnya.
Setelah era idealisme dunia Barat yang berpuncak pada Hegel,
maka George Edward Moore (1873-1958), seorang tokoh dari Universitas Cambridge
mengobarkan anti Hegelian. Bagi Moore, filsafat Hegel tidak memiliki dasar
logika, sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara akal sehat. Kemudian
pengaruhnya menggantikan Hegelian, yang sangat terkenal dengan Filsafat bahasa,
filsafat analitik atau analisis logik.
Tokoh yang mengembangkan filsafat ini adalah Bertrand Russell
dan Ludwig Wittgenstein. Mereka mengadakan analisis bahasa untuk memulihkan
penggunaan bahasa untuk memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan oleh filsafat
terhadap logika bahasa. Hal inilah yang ditekankan oleh Charlesworth. Penekanan
lain oleh Wittgenstein adalah makna kata atau kalimat amat ditentukan oleh penggunaan
dalam bahasa, bukan oleh logika
C.
Teori Pendidikan
Teori pendidikan merupakan landasan dalam
pengembangan praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum, proses
belajar-mengajar dan manajemen sekolah. Kurikulum dan pembelajaran memiliki
keterkaitan dengan teori pendidikan atau dalam penyusunan suatu kurikulum dan
rencana pembelajaran ini mengacu pada teori pendidikan. Teori pendidikan ini
dibagi menjadi empat, yaitu pendidikan klasik, pendidikan teknologik,
pendidikan personal, dan pendidikan interaksional. Berikut
penjelasannya:
1.
Pendidikan Klasik
2.
Pendidikan Teknologi
3.
Pendidikan Personal
4.
Pendidikan Interaksional
D.
Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan
Filsafat telah mengalami perubahan-perubahan
sepanjang masanya dalam suatu kegiatan atau aktivitas yang
menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Demikian
juga pada filsafat pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat yang digunakan
dalam dunia pendidikan.
1.
Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme merupakan filsafat tertua dengan tokoh aliran ini
adalah Plato (427-347 SM) yang dianggap sebagai Bapak Idealisme di dunia Barat.
Sejarah idealisme berawal dari pemikiran Plato tentang kebenaran empiris yang
dilihat dan dirasakan dalam alam ideal (esensi) atau ide. Aliran filsafat
Idealisme menekankan moral dan realitas spiritual sebagai sumber-sumber utama
di alam ini.
Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungan pada jiwa dan roh. Idealis
diambil dari “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealis mempunyai
argumen efistimologis tersendiri dan aliran ini memandang dan menganggap yang
nyata hanya idea. Idea tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan dan
pergeseran.
2.
Aliran Filsafat Perenialisme
Perennialisme berasal dari kata perennial yang
dapat diartikan abadi, kekal atau fana (tiada
akhir). Perenialisme berarti segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah.
Aliran filsafat Perennial berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang
bersifat abadi, dengan demikian perenialisme dianggap suatu aliran yang
ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai masa lampau dengan maksud
mengembalikan keyakinan akan nilai-nilai asasi manusia masa silam untuk
menghadapi problem kehidupan manusia saat sekarang dan bahkan sampai kapanpun
dan dimanapun
3.
Aliran Filsafat Esensialisme
Filsafat Esensialisme didasari oleh pemikiran
filsafat idealisme Plato dan realisme Aristoteles. Aliran filsafat
Esensialisme muncul pada zaman renaissance merupakan perpaduan ide filsafat
idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di sisi lainnya.
Perbedaan utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang
penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak
ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
4.
Aliran Filsafat Progresivisme.
Aliran
Progresivisme dapat diartikan secara umum sebagai aliran yang menginginkan
kemajuan-kemajuan secara cepat. Progresivisme disebut juga instrumentalisme,
karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelejensi manusia sebagai alat
untuk hidup, untuk mengembangkan kepribadian manusia.
5.
Aliran Filsafat Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran modern yang
mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini
bersedia menerima apa saja, asalkan praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi,
mistik semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asal membawa
akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan
demikian dasar pragmatis adalah manfaat bagi hidup praktis.
BAB II
HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN
A.
Hakikat Pendidikan Islam
Dasar pendidikan islam adalah Al-Quran dan Sunnah
Nabi Saw. Di atas kedua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan islam.
Adapun tujuan pendidikan islam menurut ‘Atiyah Al-Abrasyi adalah (1) membantu
pembentukan akhlak yang mulia (2) persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
(3) menumbuhkan roh ilmiah (4) menyiapkan peserta didik dari segi profesional
(5) persiapan untuk mencari rezeki
B.
Hakikat Manusia
Di dalam Al-Quran
ditemukan beberapa perkataan yang sering digunakan bila berbicara tentang
manusia, yakni al-Bashar, al-Insan, an-Nas.
Al-Basyar, kata
basyar berasal dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata abasyarah yang
berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda
dengan kulit binatang yang lain.
Kata insan
berasal dari kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tumpah. Kata insan
digunakan Al-Quran untuk menunjuk manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan
rasa. Manusia yang berbeda antara seseorang dan yang lain, akibat perbedaan
fisik, mental, dan kecerdasan. Adapun kata an-nas dipakai Al-Quran untuk
menyatukan adannya kelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai
kegiatan untuk mengembangkan kehidupannya.
Menurut Q.S
al-Mukminun peoses terjadinya manusia ada tujuh yaitu:
1.
Berasal dari sari pati tanah
2.
Nuthfah (mani)
3.
‘Alaqah (segumpal darah)
4.
Mudghah (segumpal daging)
5.
‘Izaman (tukang)
6.
‘Izaman lahman (tulang dibalut dengan daging)
7.
Khalqan akhar (menjadi manusia)
8.
Meninggal
9.
Dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat
C.
Manusia dan Alam
Dalam pandangan islam, alam semesta
berasal dari tidak ada menjadi ada, Allah lah yang mengadakannya, karena itu
Allah disebut Khaliq dan alam semesta ini disebut dengan makhluk.
Q.S Yasin:82 (“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya jadilah, maka terjadilah ia)
Q.S al-Mulk:3 (“yang
telah menciptakan tujug kangit berlapis-lapis)
Q.S al-Mulk:15 (“Dialah yang telah menjadikan bumi bagimu
dengan mudah kamu jalani” )
Berdasarkan ayat-ayat
tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah Swt adalah sebagai pencipta alam. Para
Filsuf dengan berpikir kontemplasi dan spekulatifnya menguraikan tentang
kejadian alam semesta. Berbagai teori terciptanya alam baik berdasarkan ilmu
maupun filsafat telah dibahas oleh manusia. Pendapat dari filsuf islam di
antaranya adalah Al- Farabi, beliau mengemukakan teori penciptaan alam lewat
emanasi.
1.
Sifat Alam Semesta
a.
Mempunyai masa awal dan akhir
Segala sesuatu
ciptaan Allah diawali dengan ketiadaan kemudian baru ada. Dari ketiadaan itu
kepada ada diawali dengan adanya masa awal. Dan kemudia sifat alami ini tidak
kekal, karena itu mempunyai masa akhir. Masa awal sesuatu diawali pada saat
keberadaaannya, sedangkan masa akhirnya pada saat ketidakadaannya.
b.
Berubah Alam ini berubah tidak ada yang tetap
tanpa perubahan.
Tumbuh-tumbuhan
berubah dari sebutir biji tumbuh menjadi pohon kecil, kemudian besar, tua dan
binasa. Begitupun manusia, mula mula dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa
kemudian tua.
c.
Keteraturan alam dengan adanya hukum alam (Sunnatullah) Alam semesta ini telah
diatur oleh Allah dengan hukum alam atau Sunnatullah.
Adanya hukum alam
membuktikan adanya yang mengatur allam
semesta ini yaitu Allah. Sebagian dari hukum alam dapat dilihat dalam surah
Yasin ayat 36, 37 dan 38.
d.
Adanya hubungan harmoni antara alam dan manusia
Alam dan manusia memiliki hubungan yang harmonis.
Allah Swt telah
mengatur fungsi manusia di alam ini yang terkait dengan alam. Allah mengangkat
derajat manusia sebagai khalifah-Nya di bumi inilah yang menunjukkan
keharmonisan tersebut. sebagai khalifah
BAB III
TINJAUAN FILOSOFIS KOMPONEN DASAR PENDIDIKAN
A.
Pengertian dan Ruang Lingkup Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin
“curriculum”. Semula berarti “a running course, or race course, especially a
chariot race course”. Menurut pengertian ini, kurikulum adalah suatu arena
pertandingan , tempat belajar bertanding untuk menguasai suatu pelajaran guna
mencapai garis finish berupa diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan. Unsur
pokok dari kurikulum adalah:
1. Kegiatan dan pengalaman pendidikan yang
dirancang, diprogram kan dan dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah
2. Diselenggarakan oleh lembaga pendidikan bagi anak
didiknya, baik di dalam maupun di luar sekolah
3.
Dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan
B.
Prinsip Umum Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
Pertautan yang sempurna dengan agama,
termasuk ajaran dan nilai-nilainya 2. Bersifat menyeluruh pada tujuan dan
kandungan kurikulum 3. Keseimbangan
antara tujuan dan kandungan kurikulum 4. Berkaitan dengan bakat, minat,
kemampuan dan kebutuhan pelajaran 5. Pemeliharaan perbedaan individual di
antara para pelajar dalam hal bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya
6. Prinsip perkembangan dan perubahan
C.
Metode dan peranan filsafat
pendidikan Islam
Metode yang
digunakan dalam studi filsafat pendidikan islam, adalah :
· Bahan – bahan
yang digunakan untuk pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat
berupa bahan tertulis, yaitu Al – quran dan hadist yang disertai pendapat para
ulama serta para filosof dan lainnya.
· Metode
pencarian bahan. Untuk mencari bahan – bahan yang bersifat tertulis dapat
dilakukan melalui studi keputusan dan studi lapangan yang masing – masing
prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.
· Metode
pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analisis –
sintesis, yaitu suatu metode yang berdasarkan pendekatan dan rasional dan logis
terhadap sasaran pemikiran secara induktif, deduktif, dan analisa ilmiah.
BAB IV
TINJAUAN
FILOSOFIS KOMPONEN DASAR PENDIAIKAN
A.
Konsepsi islam mengenai beberapa faktor
pendidikan
Kata pendidik berasal dari kata didik yang
artinya orang yang mendidik. Kedudukan pendidik dalam pendidikan adalah
merupakan salah satu tiang utama untuk bisa terlaksanaya pendidikan. Dengan
kata lain bahwa tidak mungkin terjadi sebuah proses pendidikan yanpa ada yang
mendidik. Dalam konsep filsafat pendidika islam, pendidik utama dan pertama itu
adalah Allah Swt.
1.
Pendidik dalam konsep pendidikan islam
a.
Guru
b.
Orang tua
c.
Pemuka masyarakat
2.
Syarat pendidik dalam konsep pendidikan islam
a.
Beriman dan bertakwa terhadap Allah Swt
b.
Berilmu tentang apa tang diajarkannya
c.
Berakhlakul karimah
d.
Sehat jasmani dan rohani
e.
Komitmen yang tinggi melaksanakan tugas
3.
Tugas pendidik dalam konsep pendidikan islam
a.
Menyampaikan ilmu
b.
Menanamkan nilai-nilai
c.
Melatih keterampilan hidup
4.
Tanggung jawab pendidik
a.
Tanggung jawab ilmiah
b.
Tanggung jawab moral
c.
Tanggung jawab profesional
5.
Sifat-sifat pendidik
a.
Ikhlas
b.
Cinta
c.
Teladan
d.
Objektif
e.
Emosi stabil
f.
Tawadhu’
g.
Qanaah
Pengertian peserta didik menurut undang-undang
No.20 tahun 2003 menyebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jakur, jenjang dan jenis pedidikan tertentu.
Metode Pendidikan 1. Metose teladan 2. Metode kisah 3. Metode nasihat 4. Metode pembiasaan 5.
Metode hadiah dan hukuman 6. Metode
ceramah 7. Metode tanya jawab 8. Metode diskusi 9. Metode demonstratif 10.
Metode perintah dan larangan 11. Metode
pembentukan suasana yang diinginkan
B.
Konsep islam tentang pribadi muslim
1.
Konsep tentang individualitas manusia
Manusia sebagai makhluk
individu berarti manusia itu merupakan keseluruhan yang tak dapat dibagi
bagi.kata individu berarti tidaak dibagi bagikan. Makhluk individual berarti
makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi.
Menurut pengertian ini, maka
manusia tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raganya, rohani dan jasmaninya.
Manusia tidak berdiri atas penjumlahan dari potensi-potensi tertentu yang
masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Kegiatan jiwa manusia dalam kehidupan
sehari-hari itu merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raganya, dan bukan kegiatan
alat-alat tubuh saja atau kemampuan kemampuan jiwa satu persatu terlepas
daripada yang lain. Dan kesemuanya itu dilakukan secara khas sesuai dengan
corak kepribadian dan kemampuan masing-masing individu. Oleh karena perkembangan
dan pengalaman masing masing individu tidak sama, maka pribadi yang terbentuk
dalam proses itu juga berbeda antara satu individu dengan individu yang lain.
Oleh karena itu perkembangan manusia yang wajar harus memperhatikan segi
indivdualisasi manusia, yang berarti bahwa pribadi masing masing manusia
merupakan ker=seluruhan jiwa raga yang mempunyai struktur dan kecakapan yang
khas.
2.
Konsep tentang sosialitas manusia (sosial being)
Secara
hakiki manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dilahirkan kedunia dalam
kondisi yang lemah tak berdaya. Dia tak mungkin bisa melangsungkan hidupnya
tanpa bantuan orang lain. Potensi potensi yang dibawa sejak lahir justru beru
bisa berkembang dalam pergaulan hidup sesama manusia, maka anak amnuia yang baru
dilahirkan itiu tak akan dapat menjadi manusia yang sebenarnya.
Dalam
pergaulan ini, disamping manusia dapat memenuhi kebutuhan biologis, juga dapat
memperkembangkan potensi psikologisnya. Dengan kontak sosial secara timbal
balik, akhirnya dia bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompoknya.
3.
Konsep tentang moralitas manusia (moral being)
4.
Konsepsi tentang manusia sebagai makhluk bertuhan